Kumpulan Berita Terbaru, Berita Hangat, News, Politik, Gaya Hidup, Media Sosial

Sunday, July 23, 2017

Kisah Memilukan TKI di Taiwan Terungkap, Diperkosa 5 Kali Seminggu oleh Majikan




Majalah303 - Sebagai informasi bahwa saat ini jumlah TKI di Taiwan lebih dari 252.000 TKI.

Dengan jumlah yang banyak itu, bisa dimengerti jika setiap tahun, lebih dari 100 kasus penyerangan seksual terhadap pekerja migran yang dilaporkan di Taiwan.

Para pelakunya hampir selalu majikan para migran, kerabat terdekat, atau makelar penyalur kerja.

Wartawan BBC di Taiwan, Cindy Sui, melakukan reportase soal itu yang seperti yang dirangkum berikut ini.

Pada September 2016 lalu, seorang asisten rumah tangga di Taiwan merekam kejadian ketika dia diperkosa oleh majikannya yang memperkerjakannya untuk merawat sang ayah yang sudah renta.

Rekaman video itu diunggah ke Youtube, namun tak lama kemudian dicabut dari laman tersebut.

Terlihat majikan ART tersebut menyerang ART-nya, walau si perempuan sudah memohon menghentikan tindakan itu dan mencoba mendorongnya.

Rekaman itu telah dikirim pula oleh ART itu ke makelar agar agen penyalur kerja memindahkannya ke majikan lain, namun upaya itu sia-sia.

Dia lantas mengirim video itu ke seorang teman, yang lalu mengunggahnya ke media sosial demi mempublikasikan aksi kejahatan tersebut.

Kasus ini sontak membuat peristiwa penyerangan seksual terhadap warga Indonesia dan pekerja migran lainnya di Taiwan menjadi sorotan.

Cindy Sui berupaya menghubungi perempuan yang bersangkutan melalui dinas kesejahteraan sosial Taiwan yang memberikannya tempat penampungan.

Namun, dinas itu mengingatkan Cindy Sui bahwa perempuan itu tidak patut diwawancarai karena kasusnya sedang diinvestigasi dan kondisi emosional si perempuan tengah terguncang.

Meski demikian, seorang perempuan lain yang sedang memperjuangkan kasusnya di pengadilan sepakat angkat bicara asalkan BBC menyembunyikan identitasnya.

Perempuan itu berusia 22 tahun ketika datang pertama kali di Taiwan untuk mendapatkan uang demi menopang keluarganya.

Sebut saja namanya Esti.

Dia lantas mengirim video itu ke seorang teman, yang lalu mengunggahnya ke media sosial demi mempublikasikan aksi kejahatan tersebut.

Kasus ini sontak membuat peristiwa penyerangan seksual terhadap warga Indonesia dan pekerja migran lainnya di Taiwan menjadi sorotan.

Cindy Sui berupaya menghubungi perempuan yang bersangkutan melalui dinas kesejahteraan sosial Taiwan yang memberikannya tempat penampungan.

Namun, dinas itu mengingatkan Cindy Sui bahwa perempuan itu tidak patut diwawancarai karena kasusnya sedang diinvestigasi dan kondisi emosional si perempuan tengah terguncang.

Meski demikian, seorang perempuan lain yang sedang memperjuangkan kasusnya di pengadilan sepakat angkat bicara asalkan BBC menyembunyikan identitasnya.

Perempuan itu berusia 22 tahun ketika datang pertama kali di Taiwan untuk mendapatkan uang demi menopang keluarganya.

Sebut saja namanya Esti.

Namun, tak lama setelah mulai bekerja di sebuah restoran, dia mengklaim adik majikannya memperkosanya.

Pria tersebut adalah orang yang mengantarnya ke restoran setiap pagi sehingga dia bisa menyiapkan makanan sebelum staf lain dan para pelanggan datang.

"Pertama kali dia memperkosa saya ketika satu atau dua bulan setelah saya mulai bekerja di sana," kata Esti.

"Peristiwa itu terjadi pada pagi hari setelah dia mengantarkan saya ke restoran. Tiada orang lain di sana. Saya tidak bisa menghentikan dia dan tidak bisa minta tolong. Saya hanya bisa menangis…Saya pikir dia hanya melakukan itu satu kali..Namun itu terjadi lagi dan lagi. Dia memperkosa saya tiga hingga lima kali dalam seminggu," paparnya.

Awalnya, Esti tidak mengerti bahasa Mandarin, tidak tahu ke mana harus meminta tolong, dan bahkan dia tidak punya telepon seluler atau punya waktu untuk berteman.

Selagi, tindak pemerkosaan berlanjut, dia tidak menceritakannya ke siapa pun, termasuk ke majikan atau makelar penyalur kerja.

"Mereka akan mengatakan itu salah saya. Saya takut mereka akan mengirim saya pulang. Saya baru tiba di sini. Saya berutang Rp25 juta kepada makelar. Saya harus membayar utang setiap bulan dan jumlahnya lebih dari utang sebenarnya karena mencakup bunga. Saya takut jika mereka mengirim saya pulang, saya tidak sanggup membayar utang," tutur Esti.

Seperti kebanyakan pekerja migran lainnya, Esti juga berutang kepada makelar penyalur kerja asal Indonesia yang mencarikannya pekerjaan dan membelikannya tiket pesawat.

Ditambah bunga, utang Esti mencapai Rp40 juta, jumlah yang baru bisa dibayar Esti setidaknya selama setahun dari menyisihkan gaji.

No comments:

Post a Comment